Berakhirnya tanggal 17 Agustus adalah waktu yang tepat untuk melakukan kontemplasi, tentang masa lalu, masa kini, dan masa depan negara kita.
Sebelum kemerdekaan, 90 persen rakyat Indonesia buta huruf latin. Tidaklah mudah bagi para Perintis Kemerdekaan dan Angkatan 45 untuk mengajak rakyat dengan tingkat pendidikan yang begitu rendah agar sadar akan haknya untuk merdeka. Kondisi itu mengharuskan para pemimpin politik di masa itu, mensosialisasikan gagasan kemerdekaan, menggunakan ungkapan yang mudah dipahami. Keberhasilan meyakinkan rakyat telah membentuk tekad rakyat untuk “Merdeka atoe Mati” menjadikannya kekuatan besar yang mampu mengusir penjajah yang memiliki persenjataan yang hebat.
Indonesia mengawali kemerdekaan negara-negara baru setelah berakhirnya Perang Dunia II. Lebih dari 30 negara baru di Asia dan Afrika berjuang merebut kemerdekaannya terinspirasi oleh keberhasilan Indonesia. Sejak merdeka, kita (Indonesia) telah mencapai banyak kemajuan; tetapi banyak negara lain maju lebih cepat sehingga relatif kita tertinggal. Beberapa diantaranya, di bidang pendidikan, Malaysia yang dulu meminta guru-guru Indonesia mengajar di sana, sekarang memiliki sistem, sarana dan mutu pendidikan yang lebih baik. Dalam bidang sepak bola, Jepang dan Australia, 15 tahun yang lalu sulit mengalahkan PSSI, sekarang telah ikut final 32 negara terbaik di Jerman, sementara kita kesulitan untuk menjadi juara di tingkat ASEAN.
Seorang ekonom AS, Prof. Jeffrey Sach, memberikan perbandingan. Tahun 1984, ekspor Indonesia 4 milliard dollar AS dan China 3 milliar dollar AS. 20 tahun kemudian, tahun 2005, ekspor Indonesia meningkat menjadi 70 milliar dollar AS dan China mencapai 700 milliar dollar AS. Di bidang pembangunan jalan tol, Indonesia memulai 10 tahun lebih dulu dari Malaysia dan 12 tahun lebih dulu dari China. Sekarang total panjang halan tol di Malaysia 6.000 km, di China 90.000 km, dan di Indonesia baru 630 km.