Dinamika perjuangan para sultan/kolano penguasa rempah-rempah Maluku dapat diketahui lewat fakta sejarah nasional maupun internasional. Portugis dan Spanyol, dengan intimidasi dan teror selain monopoli perdagangan, juga berupaya memusnahkan rempah-rempah daerah itu. Dan yang terpenting dari semuanya mereka ingin mencengkeramkan kuku penjajahannya sebagai coquisyador (perampasan negeri). Yang lebih mengharukan lagi adalah "inkuisisi" yang menyedihkan terjadi bagi rakyat Maluku termasuk keluarga kerajaan. Dengan pedang terhunus bangsa Portugis berusaha menukar keyakinan agama Islam dengan agama Roma Katolik Eropa. Peristiwa ini merupakan pelanggaran hak asasi manusia. Ratu Nukila memegang tampuk pemerintahan sekaligus memaklumkan perang terhadap bangsa Portugis karena telah terlihat mereka mulai mencampuri urusan istana.