Selama ini buruh hanya di anggap sebagai mesin penggerak industrialisme di Indonesia. Suara buruh sama sekali tidak pernah di dengar, bahkan orang no 1 Indonesia tak pernah ada di istana negara setiap perayaan hari buruh. Kemanakah orang no 1 Indonesia tersebut saat kawan-kawan buruh Indonesia "berkunjung" ke istana negara? Apakah hal tersebut menandakan bahwa buruh hanya di pandang sebelah mata???
Kita jangan menafikkan diri terhadap hal ini. Akan tetapi kita juga harus bercermin pada realita bahwa keberadaan buruh sendiri pada saat ini tidak satu. Buruh terpecah-pecah dalam beragam suara, beragam kelompok, beragam kepentingan. Semua perbedaan itu notabenenya adalah perbedaan visi dan misi.
Sudah saatnya kaum buruh indonesia berdiri dalam 1 wadah, satu visi+misi, satu jalan, satu tujuan. Lepaskan semua atribut kelompok-kelompok kecil yang melekat di baju kalian semua. Sehingga kita sebagai kaum buruh memiliki bergaining power yang cukup kuat, suaranya di dengar dan keberadaannya tak lagi di pandang sebelah mata oleh kapitalis dan birokrat.
Kita jangan menafikkan diri terhadap hal ini. Akan tetapi kita juga harus bercermin pada realita bahwa keberadaan buruh sendiri pada saat ini tidak satu. Buruh terpecah-pecah dalam beragam suara, beragam kelompok, beragam kepentingan. Semua perbedaan itu notabenenya adalah perbedaan visi dan misi.
Sudah saatnya kaum buruh indonesia berdiri dalam 1 wadah, satu visi+misi, satu jalan, satu tujuan. Lepaskan semua atribut kelompok-kelompok kecil yang melekat di baju kalian semua. Sehingga kita sebagai kaum buruh memiliki bergaining power yang cukup kuat, suaranya di dengar dan keberadaannya tak lagi di pandang sebelah mata oleh kapitalis dan birokrat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar