Pakistan sebagai kekuatan nuklir di Asia Selatan sering menjadi sumber kecemasan berbagai pihak. Pasalnya, sejak berdiri tahun 1947, Pakistan memiliki tradisi politik dan keamanan yang labil.
Sempat muncul kekhawatiran yang sangat kuat selama ini bahwa senjata nuklir Pakistan bisa setiap saat jatuh ke tangan kelompok radikal yang kini sedang terlibat dalam perang terbuka dengan militer Pakistan di Waziristan, Lembah Swat, Provinsi Barat Laut (NWFP), bahkan di seantero negeri itu.
Akan tetapi, wawancara khusus pemimpin redaksi harian Pakistan, Al-Ummah, Shiren Mezari, dengan harian terkemuka Mesir, Al Ahram, beberapa pekan lalu mengungkapkan, bahaya sesungguhnya bukan datang dari kelompok radikal, tetapi justru dari Amerika Serikat.
AS kini ditengarai memiliki skenario untuk memusnahkan atau sedikitnya mengontrol senjata nuklir Pakistan dengan bermodalkan program pengurangan bahaya yang berpijak pada Undang-Undang (UU) Kongres tahun 1992
Skenario itu persis seperti ketika AS berhasil melucuti senjata nuklir negara bekas Uni Soviet, seperti Belarus, Ukraina, dan Kazakhstan, pada tahun 1990-an.
Adalah pada awal tahun 2009, ketika Senator Richard Lugar dan Senator John Kerry berhasil meyakinkan Kongres AS untuk menyetujui pengucuran dana bantuan sebesar 7,5 miliar dollar AS selama lima tahun kepada Pakistan.
Namun, persoalan kemudian muncul ketika Senator Lugar juga berhasil meyakinkan Kongres untuk memberikan wewenang tambahan—selain wewenang yang termaktub dalam butir nomor 50 tentang peraturan anggaran belanja AS menyangkut keamanan dan pertahanan—kepada Kementerian Pertahanan melakukan koordinasi dengan Kementerian Luar Negeri untuk menggunakan bantuan AS itu dalam konteks tujuan mewujudkan kepentingan keamanan nasional AS.
Para pengamat Pakistan menyebutkan, penambahan wewenang tersebut dalam upaya mencari payung hukum yang mengizinkan diterapkannya program pengurangan bahaya atas Pakistan.
Kecurigaan semakin kuat ketika Senator Lugar pada 6 Mei lalu meminta secara terang-terangan penerapan program pengurangan bahaya atas Pakistan itu terhadap instalasi nuklirnya.
Skenario AS
Para pengamat Pakistan menyebutkan, ada beberapa skenario AS yang akan dijadikan dalih untuk memusnahkan atau sedikitnya mengontrol senjata nuklir Pakistan.
Pertama, instalasi nuklir Pakistan menjadi sasaran serangan kelompok bersenjata, baik dari kelompok radikal maupun antek AS. Jika skenario itu yang terjadi, AS memiliki dalih bahwa instalasi nuklir Pakistan dalam keadaan bahaya.
Kedua, instalasi nuklir Pakistan menjadi sasaran pencurian oleh antek-antek yang digunakan AS untuk mendapatkan bahan-bahan mikro yang sangat sensitif di dalam instalasi nuklirnya itu dan kemudian dibawa lari ke luar negeri.
Ketiga, kekuatan regional (India) atau internasional (AS) menyuplai bahan nuklir kepada kelompok-kelompok bersenjata di Afganistan, kemudian mereka dituduh mendapatkan bahan nuklir itu melalui jaringan perantara yang punya akses di instalasi nuklir Pakistan.
Menurut Shiren Mezari, pengamat Pakistan tersebut, AS kini berusaha membangun opini yang menunjukkan bahwa Pakistan tidak mampu melindungi instalasi nuklirnya dan setiap saat instalasi nuklir itu jatuh ke tangan kaum teroris.
Kepala Staf Angkatan Bersenjata Pakistan Jenderal Ashfaq Kayani beberapa pekan lalu menggelar rapat tertutup dengan pimpinan militer Pakistan. Pascarapat, militer Pakistan menyampaikan kecemasannya atas UU bantuan AS kepada Pakistan yang dikenal dengan nama UU Kerry-Lugar. UU tersebut juga memberikan otoritas kepada AS untuk melakukan wawancara langsung dengan para ilmuwan nuklir Pakistan.
Pihak militer meminta parlemen Pakistan mendiskusikan UU tersebut dengan semua elemen masyarakat sebelum menyetujuinya. UU Kerry-Lugar merupakan salah satu faktor yang memperburuk hubungan militer dan Presiden Pakistan Asif Ali Zardari karena Zardari dituduh mendukung UU tersebut.
Selama ini sistem perlindungan instalasi nuklir Pakistan, baik sipil maupun militer, terdiri dari tiga lapis.
Lapis pertama, pengamanan teknis internal. Lapis kedua, pengamanan lingkungan instalasi yang dilakukan pasukan khusus. Lapis ketiga, pengamanan instalasi secara militer dalam radius tertentu yang dilakukan oleh satuan militer dengan dilengkapi rudal antiserangan udara.
Dalam upaya memperketat pengamanan untuk antisipasi kemungkinan terjadi pencurian atau penyerangan terhadap instalasi nuklir itu, Pakistan kini menambah lima lapis pengamanan lagi, yakni menjadi delapan lapis pengamanan. Di antara tambahan lapis pengamanan itu adalah memecah-mecah jaringan instalasi nuklir sehingga menjadi satuan kesatuan yang terpecah atau tidak berhubungan satu sama lain.
Selain itu, Kementerian Pertahanan Pakistan meletakkan sistem keamanan, dengan setiap instalasi nuklir dijaga oleh 10.000 personel pasukan khusus, ditambah satuan intelijen.
Sumber: Harian Kompas (10/12/09).
salam sehat selalu,
BalasHapusmitsubishi