Tjipto Mangoenkoesoemo |
Sumbangan ini saya berikan dengan maksud untuk memberikan dukungan moral tersebut. Saya merasa harus menulis makalah tersebut sebagai jawaban atas pertanyaan mengapa bagi saya suatu tujuan bersama dari seluruh bangsa Indonesia lebih menarik daripada suatu kebangunan pemuda antar pulau, dengan latar belakang tindakan di pulau-pulau yang secara terpisah telah dilakukan tanah air kita untuk melawan penjajah.
Saya kira tidak ada buruknya bila di masa pemujaan jasa-jasa Gubernur Jenderal van Heutsz, kita mengadakan perhitungan mengenai apa yang telah dicapai orang itu bagi kita. Mungkin secara tidak sadar dan tidak semata-mata melakukannya untuk kepentingan kita, akan tetapi walaupun demikian bukan berarti kita harus kurang berterima kasih.
J. B. van Heutsz |
Kita tidak dapat mengatakan bahwa van Heutsz ini orangnya tidak logis. Dan usahanya agar pemerintah bertindak dengan menyama-ratakan seluruh wilayah tentunya diilhami oleh kepentingan Negeri Belanda yang harus dibelanya, atau lebih lagi: untuk melindungi modal orang-orang Belanda yang ditanam di sini untuk memperoleh keuntungan. Dan keuntungan tersebut lebih mudah diperoleh dalam wilayah yang telah disamaratakan daripada dari sekumpulan koloni-koloni kecil yang terpisah-pisah.
Juga dari pihak kita telah kita berikan beberapa bapak angkat kepada persatuan yang masih muda ini.
Douwes Dekker dengan Indische Partijnja, menyadari bahwa hanya bila kita berhasil membuat suatu kesatuan dari negara kepulauan ini, perjoangan untuk mencapai kemerdekaan akan dapat dilaksanakan dengan hasil yang baik.
Sarikat Islam yang dahulu dengan Tjokroaminoto sebagai pepimpinnya mencari jalan ke arah yang lain. Mereka merasa telah menemukan dalam agama Islam suatu perekat yang dapat mempersatukan orang Islam di pelbagai pulau ini menjadi kesatuan yang tidak dapat dipecah-pecah.
Jadi dari pelbagai sudut orang telah bekerja keras untuk melaksanakan adanya persatuan Indonesia yang bersedia di negeri dimana setiap angan-angan tidak pernah terpenuhi, bahkan dari pihak-pihak yang seharusnya sangat takut bila timbul persatuan suku-suku bangsa di Indonesia ini.
Dan ketika kebutuhan akan adanya persatuan itu mulai dirasakan oleh rakyat umum, maka mulailah orang mencari-cari nama yang cocok bagi kesatuan yang akan dicapai itu.
Nama “Indonesia” seolah-olah begitu saja menawarkan diri. Memang kita merasa bahwa perkataannya itu sendiri tidak mencakup pengertian itu seluruhnya. Indonesia, pada mulanya dimaksudkan sebagai suatu pengertian etnografik atau mungkin juga geografik.
Yang menemukan perkataan ini tidak menciptakan sebagai suatu nama yang menyatakan arti politik.[2] Tetapi apa artinya segala itu? Bila perasaan rakyat sudah mulai berbicara, maka semuanya harus tutup mulut, maka sang pendeta tidak diperkenankan mengatakan sesuatu…….
* * *
Dengan demikian akhirnya para pemuda mengambil
prakarsa. Mereka melakukan ini, menurut pendapat saya, dalam keadaan yang
sangat menguntungkan. Kita, yang tua-tua, telah bekerja selama keadaan (bagi
kita) masih memungkinkan. Sekarang kita sudah kehilangan tenaga fisik untuk
dapat meneruskan pekerjaan itu dengan kegairahan, dengan kesediaan untuk berkorban
seperti dahulu. Saya merasa bahagia dapat menyerahkan pekerjaan itu kepada kaum
muda-muda, yang masih penuh gairah.Hidup Jong Indonesia……….
___________________________
[1] Tjipto Mangoenkoesoemo, Waroom Jong Indonesia....., Jong Indonesia, Juli 1927, Jaargang I, No. 1.
[2] Apakah ini benar usul dari cabang Batavia.
Sumber: Capita Selekta Ketiga, Maju Setapak, hal. 282-285.
terimakasih
BalasHapussalam,
https://marketing.ruangguru.com/bimbel
ini info yang saya cari. Terimakasih
BalasHapus