Dasar dan Falsafah Bangsa Indonesia |
Dua
kekasih itu kemudian penuh tawa dan canda menyebutkan benda-benda lain, yang
ternyata dapat ditemukan di taburan bintang-bintang malam. Langit malam
menyediakan berbagai bentuk gambar yang kita inginkan asal kita jeli membangun
hubungan-hubungan antar bintang-bintang tersebut.
Begitu
pula dalam puisi grafis Jeihan ini, kita dapat membangun sistem hubungan
tertentu yang berkaitan dengan Pancasila dan Indonesia. Jeihan sendiri hanya
menyebutkan bahwa yang dia “gambar” adalah perisai bujur sangkar dengan simbol
huruf V yang berarti “lima” sila Pancasila atau “Victory”, sehingga kata-kata
“Viva Pancasila” di bawahnya bersambung dengan gambar bujur sangkarnya,
Pancasila adalah perisai bangsa, mempertahankan budaya, negara, rakyat, dari
ancaman budaya atau bangsa lain. Atau bahkan melindungi dari ancaman dalam
negeri sendiri. Pancasila harus tetap hidup, Viva, dan jaya selalu, Victory.
Namun
mengikuti bahasa matematika John Nash, kita dapat membangun berbagai sistem
hubungan dari gambar yang tersedia, asal masih fokus pada makna “Indonesia” dan
“Pancasila”. Itulah kesatuan maknanya.
Marilah
kita mulai dengan jumlah huruf V yang dia pakai. Masing-masing sisi bujur
sangkar dibangun dari 17 huruf V. Angka 17 tentu simbol angka keramat Indonesia
17-8-45. Makna 17 berbeda dengan sajak Doa yang bermakna 17 rakaat dalam jumlah
salat wajib bagi umat Islam sehari semalam. Di sini pun bisa saja dipakai
pemaknaan sebagai rasa syukur pada Tuhan atas lahirnya Indonsia dan
Pancasilanya.
Maknanya
tak lain adalah sistem hubungan kuantitas-kuantitas dalam satu kesatuan dalam
dirinya. Sistem hubungan mana yang membuat gambar ini dapat bermakna Pancasila?
Pancasila adalah kesatuan entitas. Pancasila bukan jajaran lima sila yang
digabung-gabungkan seenaknya sendiri. Pola Pancasila adalah mencapat kalimo pancer, bahwa yang lima
itu tunggal adanya. Pancasila adalah sebuah mandala, ruang kehadirannya lewat
harmoni keempat silanya yang masing-masing berpasangan. Sila “kebebasan
individu” alias demokrasi liberal berseberangan dengan sila “keadilan sosial”
atau sebenarnya keterikatan sosial, bisa juga sosialisme. Kebebasan individu
dikendalikan oleh keterikatan sosialnya. Sosio-demokrasi. Sedangkan pasangan
yang lainnya adalah “nasionalisme” yang berseberangan dengan “humanisme” atau
“internasionalisme” yang sejajar dengan “kebebasan nasional” serta keterikatan
“internasional”. Sosio-nasionalisme. Pasangan mikro kebebasan dan keterikatan
individu-sosial adalah sejajar dengan pasangan makro kebebasan dan keterikatan
internasional.
Harmoni
kebebasan dan keterikatan secara mikro dan makro itu melahirkan nilai kualitas
“pusat” yang transenden, yakni Ketuhanan Yang Maha Esa. Tindakan sehari-hari
manusia Indonesia seharusnya berketuhanan, transenden, melalui penyeimbangan
antara kebebasan individual dengan kepentingan bersamanya. Pancasila adalah
religius-tas, berketuhanan, bukan agama. Dengan demikian Pancasila bukan
“benda”, bukan “struktur”, tetapi “pola bersikap” yang dinamis, fleksibel dan
adaptif. Pancasila itu suatu dinamika. Kalau mau dikatakan bahwa pancasila
adalah perisai bangsa, maka perisai itu berada dalam pribadi tiap warganya yang
senantiasa bersifat paradoks, bebas sekaligus mengikat, kebersamaan sekaligus
mengembangkan kebebasan masing-masing. Pancasila bukan kata benda, tetapi kata
kerja yang bermakna religiusitas.
Makna
nasionalisme, keadilan sosial, perikemanusiaan, demokrasi-musyawarah, serta
Ketuhanan, bukan keterpisahan yang kemudian dikoleksi menjadi satu, tetapi
sebuah struktur sistem hubungan-hubungan dari pasangan-pasangan dualitas apa
pun yang ada di Indonesia. Kerukunan nasional, kerukunan individual, kerukunan
umat beragama, kerukunan antar suku, kerukunan antar partai politik, kerukunan
antar pengusaha, itu semua adalah sikap dinamis Pancasila. Kerukunan, harmoni,
tanpa meleburkan entitas masing-masing, itulah Pancasila. Itulah laku religius
yang kita sebut Ketuhanan Yang Maha Esa. Meskipun manusianya atheis, asal dia
menjalankan harmoni kerukunan dirinya dengan yang lain dandengan masyarakat,
maka dia menjalankan religiusitas atau berketuhanan.
Pancasila
adalah sistem hubungan yang berpola mandala atau mancapat kalimo pancer, untuk membangun kualitas “pusat” yang
transenden. Hidup sehari-hari manusia Indonesia seharusnya bernilai religius,
menolak permusuhan, pemisahan, pengkotakan, rasialisme, sukuisme, dan segala
bentuk yang membeda-bedakan. Rukun, harmonis, toleran, kerja sama, kesepadanan
dalam kebebasan, gotong royong, saling peduli dan menghormati jati diri
masing-masing, itulah realitas pasangan sila “kebebasan individu” dan
“keterikatan sosial”.
Pasangan
sila kebangsaan dan humanisme juga disejajarkan dengan pasangan mikro di atas.
Bagaimana menasional yang mengglobal, berpijak pada akar Indonesia sembari
menerima globalisasi. Nasional yang mengglobal, dan global yang menasional.
Pancasila adalah paradoks positif, karena sedikit banyak hermeneutik. Aku
adalah dia. Dia adalah aku. Aku adalah dia sebagai aku. Dia adalah aku sebagai
dirinya. Sesuatu yang tepo sliro, being
present in another entity. Aku melakukan yang orang lain ingin lakukan
padaku. Aku tidak akan melakukan yang orang lain tidak kuingini melakukannya
padaku.
Pola
hubungan semacam itu dapat kita temukan dalam puisi grafis Jeihan berikut.
Inilah cara matematikawan pemenang Nobel John Nash melakukannya dalam menemukan
pola hubungan mancapat kalimo pancer
atau mandala Pancasila dalam Puisi
Jeihan.
Bukan
hanya Pancasila, tetapi juga pola Astabrata, ajaran kearifan raja-raja Jawa di
zaman dulu, ada dalam puisi ini.
Bahkan
puisi ini mengandung angka keramat untuk Indonesia, yaitu 17-8-45.
INDONESIA
V V V V V V V V V V V V V V V V V
V V V V V V V V V V V V V V V V V
V V V V V V V V V V V V V V V V V
V V V V V V V V V V V V V V V V V
V V V V V V V V V V V V V V V V V
V V V V V V V V V V V V V V V V V
V V V V V V V V V V V V V V V V V
V V V V V V V V V V V V V V V V V
V V V V V V V V V V V V V V V V V
V V V V V V V V V V V V V V V V V
V V V V V V V V V V V V V V V V V
V V V V V V V V V V V V V V V V V
V V V V V V V V V V V V V V V V V
V V V V V V V V V V V V V V V V V
V V V V V V V V V V V V V V V V V
V V V V V V V V V V V V V V V V V
V V V V V V V V V V V V V V V V V
V
VIVA PANCASILA!
1975
terimakasih pendek dw
BalasHapustova
kontennya bagus bermanfaat
BalasHapusfinancial