Laman

06 Februari 2010

Tokoh Pergerakan di Sumatera Barat bersama Tan Malaka



1. Djamaludin Tamin.
Berjuang menemani Tan Malaka dan ikut mendirikan partai PARI di Bangkok serta bersama Lasykar Rakyat. Pernah dibuang ke Digul dan baru keluar 1946. Dalam keadaan sakit dan tergopoh-gopoh di usianya 57 tahun, di Jalan Tangkupan Prahu, Jakarta, ia menulis buku peringatan sewindu kematian Tan Malaka (1957). Ia menyamakan kematian "Bapak Murba Philipina" Andrew Bonifacio dengan Tan Malaka. Bonifacio di tengah-tengah medan revolusi yang dibunuh Jenderal Aquinaldo, tetapi dinyatakan dibunuh penjajah Spanyol. Demikian halnya dengan kematian Tan Malaka di Kudus 1949.

Desember 1923, Tamin ditangkap dan dihukum 1,5 tahun dipenjara Cipinang, Batavia. Kembali ke Sumatera Barat, ia menjadi Sekretaris PKI Padang Panjang. Bersama Arif Fadillah tetap menolak keinginan memberontak dari anggota PKI. Ketika terjadi pemberontakan di Silungkang, Tamin kena getahnya, dan berhasil meloloskan diri ke Singapura dari kejaran Belanda. Atas kegiatan politik PARI di Singapura, ia dan empat orang lain ditangkap polisi Inggris (13 September 1932), lalu diserahkan ke polisi Belanda di Batavia. Sebelum di buang ke Digul (8 Oktober 1933) ia sempat di penjara beberapa bulan di Batavia. Kembali dari pembuangannya di Digul, Tamin memimpin Partai Murba yang baru didirikan, 1948.

2. Arif Fadillah.
Kepatuhannya kepada Tan Malaka dapat dilihat ketika dia menolak pemberontakan yang dilakukan anggota PKI di Silungkang (1927). Sebagai Ketua PKI Sumatera Barat, lulusan Sumatera Thawalib Padang Panjang, terkena getahnya, ia ikut ditangkap pemerintah Hindia Belanda.

3. Kandur Sutan Rangkayo Basa.
Seorang pedagang barang antik di Geylang Road, Singapura. Seorang yang setia membantu perjuangan Tan Malaka, berikut orang dekat dan kurir Tan Malaka. Kandur (bersama Djamaludin Ibrahim) adalah penyuplai tulisan-tulisan dan dokumen-dokumen penting Tan Malaka untuk diberikan kepada tokoh-tokoh nasional ketika itu (Asaat, Hatta dan M. Yamin). Membantu pergerakan dia lakukan sejak 1920-an sampai 1930-an. Kandur ditangkap Belanda tahun 1933 dan dibawa ke Batavia sebelum di buang ke Digul.

4. Chatib Sulaiman.
Lahir di Sumpur, pinggiran Danau Singkarak, Padang Panjang tahun 1906. Ia membekali dirinya dengan pendidikan dasar, MULO Adabiah (Padang), kemudian Diniyah Putra (Padang Panjang) dan memasuki dunia pergerakan ketika Hatta mendirikan PNI-Baru (Hatta), dan ketika bubuar, ia masuk ke Pemuda Sosialis (Sutan Sjahrir)--terakhir ia pindah ke kelompok Tan Malaka menjadi Ketua Front Rakjat (PARI) Sumatera Barat. Setelah masuk Gyu Gun masa pendudukan Jepang, karier militernya dilanjutkan di TNI sebagai perwira, mengawal Pemerintah Darurat RI (1948) dan tewas bersama anak buahnya di Situjuh Batur dalam pertempuran dengan serdadu Nica Belanda.

2 komentar: