Laman

09 November 2010

Redefinisi Pahlawan

Oleh: Asvi Warman

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Pusat Bahasa (1988), kata pahlawan berarti orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran. Jadi ada tiga aspek kepahlawanan, yakni: 1) keberanian; 2) pengorbanan; 3) membela kebenaran. Sebelum atau sesudah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan, dalam berhadapan dengan penjajah, definisi pahlawan itu lebih mudah dirumuskan.

30 September 2010

Beberapa Pandangan tentang G 30 S/PKI

Oleh Asvi Warman Adam

Setelah era reformasi 1998, masyarakat Indonesia mengenal beberapa versi tentang dalang percobaan kudeta pada 1965. Pada masa Orde Baru, di sekolah hanya dikenal dan diajarkan versi tunggal bahwa PKI dalang peristiwa tersebut. Ini merupakan versi yang paling tua karena pembantu Soeharto seperti Yoga Sugama sejak 1 Oktober sudah menduga PKI di balik kudeta tersebut. Keyakinan itu sudah ada lebih dahulu walaupun upaya pembuktian baru dilakukan belakangan melalui Mahkamah Militer Luar Biasa.

28 September 2010

Ketika di Kudeta Tak Mau Melawan

Konflik elit telah bergeser menjadi konflik horisontal, yang kemunculannya seperti diatur bersamaan konflik etnik dan tuntutan disintegrasi. Dalam carut marut seperti inilah, ajaran Bung Karno diharapkan bisa merajut kembali kesadaran berbangsa yang terkoyak.


18 September 2010

Permasalahan Budaya Massa dan Media Massa

Media massa seperti radio dan film mentransmisikan dan menanamkan ideologi resmi negara fasis karena dapat dikendalikan dari pusat dan dapat menyiarkan kepada penduduk secara umum. Ketiadaan organisasi-organisasi politik tandingan di dalam masyarakat totaliter hanya ditambahkan pada efesiensi persamaan ini: media massa menandingi propaganda massa dan menandingi represi massa. Keberadaan sarana-sarana yang sangat efektif dalam mencapai orang dalam jumlah besar di dalam masyarakat dengan sistem politik terpusat dan totaliter dipandang oleh orang banyak sebagai suatu cara lain, disertai paksaan untuk mengakarkan sistem semacam itu dan menghalangi berbagai alternatif demokratis.

21 Juni 2010

Kehidupan Soekarno di Bulan Juni: "Cermin Penghinaan Terhadap Seorang Founding Father"


“Aku ini bukan apa-apa kalau tanpa rakyat. Aku besar karena rakyat, aku berjuang karena rakyat dan aku penyambung lidah rakyat,” Soekarno, Menggali Api Pancasila.

Ada dua peristiwa sangat penting yang terjadi kehidupan Soekarno pada bulan Juni, tahun 1970. Sejarawan Prancis, Jacques Leclerc, mengatakan bahwa Soekarno telah “dibunuh dua kali” karena Hari Kelahiran Pancasila yang Soekarno bidanin pada 1 Juni 1945 dilarang oleh Orde Baru untuk diperingati. Pada tanggal 21, bulan Juni 1970 jugalah, Soekarno meninggal di “penjara” di Wisma Yaso, Jakarta dengan kondisi yang tak terawat (Asvi Warman Adam, Pancasila dan Soekarno). Larangan untuk memperingati hari lahirnya Pancasila adalah pembunuhan pertama dan kematian Seokarno di Wisma Yaso adalah pembunuhan kedua.

23 April 2010

Pesta Kekayaan Alam Pasti Berakhir

Oleh: Amaryoto dan M. Syaifullah

Ketika pemerintah daerah berfoya-foya dengan sumber daya alam yang ada, pada saat yang sama mereka telah bunuh diri. Pemanfaatan yang seharusnya bijaksana telah dirusak kepentingan sesaat. Perluasan kebun sawit di beberapa daerah, termasuk di Sumatera dan Kalimantan, pada satu sisi menguntungkan karena bisa meningkatkan ekspor. Namun, perluasan yang tidak terkendali telah merusak lingkungan.

Persoalan pertama yang muncul adalah adanya masalah dalam hal keanekaragaman hayati. Hingga kita belum mengetahui berbagai kekayaan dan manfaatnya, hutan telah raib berganti dengan kebun sawit yang mahaluas.

06 Maret 2010

Pintar, tetapi Tertutup

Oleh: Rhenald Kasali (Ketua Program Magister Manajemen, Universitas Indonesia)

Dalam buku Genom, yang ditulis Matt Ridley, ada nama Joe-Hin Tjio. Disebutkan, Joe, orang Indonesia, telah berperan penting dalam upaya manusia mengurai sandi-sandi yang tersimpan dalam DNA. Upaya yang dilakukan tahun 1955 itu telah menjembatani karya spektakuler Francis Crick dan James Watson (penemu teori DNA dalam genetika biologi) dengan turunannya, yaitu genetika perilaku. Bersama Albert Levan, Joe-Hin Tjio berhasil mengurai bahwa genetika manusia terdiri atas 23 pasal sel kromosom, bukan 24, seperti dimiliki spesies kera. Proses evolusi menggabungkan dua asang kromosom kera pada kromosom dua sehingga terwujud sosok manusia. Demikian dijelaskan pakar teori evolusi yang menyaksikan perbedaan para kromosom dua itu, yang tampak pada pola pita-pita hitam.